LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KOLOID
SISTEM KOLOID
I. Tujuan
: Untuk mengetahui jenis, bentuk dan cara pembuatan koloid
II. Landasan Teori
A. Sistem
Dispersi
Bila suatu zat dicampurkan dengan zat lain, maka akan terjadi
penyebaran secara merata dari suatu zat ke dalam zat lain yang disebut
dengan sistem dispersi.
1. Suspensi
Suspensi adalah sistem dispersi dengan partikel yang
berukuran relatif besar tersebar merata di dalam medium pendispersinya.
Pada umumnya merupakan campuran heterogen, sehingga dapat diamati hanya dengan
mata telanjang.
2. Larutan
Larutan adalah sistem dispersi dengan ukuran
partikelnya sangat kecil, sehinggatidak dapat diamati (dibedakan) antara
partikel pendispersi dengan partikel terdispersi meskipun menggunakan mikroskop
dengan tingkat pembesaran yang tinggi.
3. Koloid
Koloid berasal dari bahasa Yunani “kolia” yang artinya
lem. Koloid pertama kali dikenalkan oleh Thomas Graham (1861) berdasarkan
pengamatannya terhadap gelatin yang merupakan kristal tapi sulit terdisfusi.
Koloid atau dispersi koloid (sistem koloid) adalah
sistem dispersi dengan ukuran partikel yang lebih besar dari laritan tapi lebih
kecil dari susoensi, dengan ukuran partikel antara 1nm – 100nm sehingga tidak
bisa diamati dengan mata telanjang tetapi dapat diamati dengan mikroskop dengan
tingkat pembesaran yang tinggi.
Secara umum
perbedaan suspensi, larutan dan koloid dapat dilihat pada tabel berikut.
Larutan
(Dispersi Molekuler)
|
Koloid
(Dispersi
Koloid)
|
Suspensi
(Dispersi
Kasar)
|
1. Homegen,
tak dapat Dibedakan walaupun menggunakan
mikroskop ultra.
|
1. Secara
mikroskopis bersifat homogen, tetapi heterogen jika
diamati
dengan mikroskop ultra.
|
1. Heterogen.
|
2. Semua partikel
berdimensi (panjang, lebar, atau tebal) kurang dari 1nm.
|
2. Partikel
berdimensi anatara 1nm sampai 100nm.
|
2. Salah satu
atau semua dimensi partikel besar dari 100nm.
|
3. Satu fasa.
|
3. Dua fasa.
|
3. Dua fasa.
|
4. Stabil.
|
4. Pada
umunya stabil.
|
4. Tidak
stabil.
|
5. Tidak
dapat disaring.
|
5. Tidak
dapat disaring, kecuali dengan penyaringan ultra.
|
5. Dapat
disaring
|
Contoh:
Larutan
gula, larutan garam, alkohol 70%, larutan cuka, airlaut, udara yang bersih,
dan bensin.
|
Contoh:
Sabun,
susu, santan, jeli, selai, mentega, dan mayones.
|
Contoh:
Air Sungai
yang keruh, campuran air dengan pasir, campuran kopi dengan air, dan campuran
minyak dengan air
|
B. Jenis-Jenis Koloid
Sistem koloid terdiri atas 2 fasa, yaitu fasa terdispersi
dan fasa pendispersi (medium dispersi). Berdasarkan jenis fasa terdispersi dan
fasa pendispersinya koloid dapat dibedakan menjadi 8 jenis sebagai berikut:
No.
|
Fase Terdispersi
|
Fase Pendispersi
|
Jenis (nama koloid)
|
Contoh
|
1.
|
Padat
|
Padat
|
Sol padat
|
Mutiara,
kaca warna
|
2.
|
Cair
|
Padat
|
Emulsi
padat
|
Keju,
mentega
|
3.
|
Gas
|
Padat
|
Busa padat
|
Batu
apung, kerupuk
|
4.
|
Padat
|
Cair
|
Sol, gel
|
Pati dalam
air, cat, jeli
|
5.
|
Cair
|
Cair
|
Emulsi
|
Susu,
santan
Manyonaise
|
6.
|
Gas
|
Cair
|
Busa
|
Krim,
pasta
|
7.
|
Padat
|
Gas
|
Aerosol
padat
|
Debu, asap
|
8.
|
Cair
|
Gas
|
Aerosol
cair
|
Awan kabut
|
1. Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang
terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat
padat, disebut aerosol padat; jika zat yang terdispersi berupa zat cair,
disebut aerosol cair. Banyak produk dibuat dalam bentuk aerosol, seperti hair
spray, obat nyamuk semprot, parfum, cat semprot, dan lain-lain. Untuk
menghasilkan aerosol diperlukan suatubahan pendorong (propelan aerosol).
2. Sol
Sistem koloid dari pertikel padat yang terdispersi
dalam zat cair disebut sol. Koloid jenis sol banyak kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari maupun dalam industri.
3. Emulsi
Sistem koloid dari zat cair ynag terdispersi dalam zat
cair disebut emulsi. Syarat terjadinya emulsi ini adalah dua jenis zat cair itu
tidak saling melarutkan. Emulsi dapat digolongkan kedalam dua bagian, yaitu
emulsi minyak dalam air (M/A) dan emulsi air dalam minyak (A/M).
4. Buih
Sistem koloid dari gas yang tedispersi dalam zat cair
disebut buih. Seperti halnya dengan emulsi,untuk menstabilkan buih diperlukan
zat pembuih.
5. Gel
Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair)
disebut gel.
C. Sifat-Sifat Koloid
1. Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar
(cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran
molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John
Tyndall(1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu
disebut efek tyndall.Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan
terkena sinar. Pada saat larutan sejati (gambar kiri) disinari dengan
cahaya,maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya,
sedangkan pada sistem koloid (gambar kanan), cahaya akan dihamburkan. hal
ituterjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang
relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut.Sebaliknya, pada larutan
sejati, partikel-partikelnya relatif kecilsehingga hamburan yang terjadi hanya
sedikit dan sangat sulit diamati.
2. Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid
yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak
beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan
melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag.
Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat
senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada
zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat seperti pada zat padat. Untuk
koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan
partikel- partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel
koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena
ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak
seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan
arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown. Semakin
kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown terjadi. Demikian pula,
semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang
terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan
dan tidak ditemukan dalam zat padat (suspensi). Gerak Brown juga
dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar
energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya.
Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin
cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak
Brown semakin lambat.
3. Adsorbsi
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion
atau senyawa lain pada permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh
luasnya permukaan partikel. Dimana partikel-partikel sol padat ditempatkan
dalam zat cair atau gas, maka pertikel-partikel zat cair atau gas tersebut akan
terakumulasi pada permukaan zat padat tersebut. Beda halnya dengan absorpsi.
Absorpsi adalah fenomena menyerap semua partikel ke dalam sol padat bukan di
atas permukaannya, melainkan didalam sol padat tersebut. Partikel koloid sol
memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi partikel-partikel pada permukaannya,
baik partikel netral atau bermuatan (kation atau anion) karena mempunyai
permukaan yang sangat luas. Contoh : (i) Koloid Fe(OH)3
Bermuatan positif karena permukaannya menyerap
ion H+. (ii) Koloid As2S
Bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S.
Muatan Koloid Sol Sifat koloid terpenting adalah
muatan partikel koloid. Semua partikel koloid memiliki muatan sejenis (positif
dan negatif).
Maka terdapat gayatolak menolak antar partikel koloid.
Partikel koloid tidak dapat bergabung sehingga memberikan kestabilan pada
sistem koloid. Sistem koloid secara keseluruhan bersifat netral. Contohnya
sumber muatan koloid, kestabilan koloid, lapisan bermuatan ganda,
elektroforesis koloid sol, koagulasi,koloid liofil dan liofob.
a. Muatan Koloid Sol Partikel-partikel koloid mendapat
mutan listrik melalui dua cara, yaitu : Proses adsorpsi, partikel koloid dapat
mengadsorpsi partikel bermuatan dari fase pendispersinya. Jenis muatan
tergantung dari jenis partikel yang bermuatan. Partikel sol Fel (OH)3
kemampuan untuk mengadsorpsi kation dari medium pendisperinya sehingga
bermuatan positif, sedangkal partikel sol As2S3 mengadsorpsi anion dari
medium pendispersinya sehingga bermuatan negatif. Sol AgCI dalam
medium pendispersi dengan kation Ag+ berlebihan akan mengadsorpsi
Ag+ Sehingga bermuatan positif. Jika anion CI- berlebih, maka sol AgCI akan
mengadsorpsi ion CI- sehingga bermuatan positif.
b. Kestabilan Koloid Terdapat beberapa gaya pada sistem
koloid yang menentukan kestabilan koloid.
Gaya pertama ialah gaya tarik - menarik yang dikenal
dengan gaya London, Van der Waals. Gaya ini menyebabkan partikel -
partikel koloid berkumpul membentuk agregat dan akhirnya mengendap. Gaya kedua
ialah gaya tolak menolak. Gaya ini terjadi karena pertumpang tindihan lapisan
ganda listrik yang bermuatan sama.Gaya tolak - menolak tersebut akan membuat
dispersi koloid menjadi stabil. Gaya ketiga ialah gaya tarik - menarik antara
partikel koloid dengan medium pendispersinya. Terkadang, gaya ini dapat
menyebabkan terjadinya agregasi partikel koloid dan gaya ini juga dapat
meningkatkan kestabilan sistem koloid secara keseluruhan.Salah satu faktor yang
mempengaruhi stabilitas koloid ialah muatan permukaan koloid. Besarnya
muatan pada permukaan partikel dipengaruhi oleh konsentrasi elektrolit dalam
medium pendispersi. Penambahan kation pada permukaan partikel koloid yang bermuatan
negatif akan menetralkan muatan tersebut dan menyebabkan koloid menjadi tidak
stabil. Banyak koloid yang harus dipertahankan dalam bentuk koloid untuk
penggunaannya. Contoh: es krim, tinta, cat. Untuk itu digunakan koloid
lain yang dapat membentuk lapisan di sekelilingkoloid tersebut. Koloid lain ini
disebut koloid pelindung. Contoh:gelatin pada sol Fe(OH)3.Untuk koloid yang
berupa emulsi dapat digunakan emulgator yaituzat yang dapat tertarik pada kedua
cairan yang membentuk emulsi.Contoh: sabun deterjen sebagai emulgator dari
emulsi minyak dan air.
c. Lapisan Bermuatan ganda
Pada awalnya, partikel-partikel koloid mempunyai
muatan yang sejenis yang didapatkannya dari ion yang diadsorpsi dari
medium pendispersinya. Apabila dalam larutan ditambahkan larutan
yang berbeda muatan dengan system koloid, maka sistem koloid itu akan
menarik muatan yang berbeda tersebut sehingga membentuk lapisan ganda.Lapisan
pertama ialah lapisan padat di mana muatan partikel koloid menarik ion-ion
dengan muatan berlawanan dari medium pendispersi.Sedangkan lapisan kedua berupa
lapisan difusi dimana muatan darimedium pendispersi terdifusi ke partikel
koloid.
Model lapisan berganda terse but dijelaskan pada
lapisan ganda Stern. Adanya lapisanini menyebabkan secara keseluruhan bersifat
netral
4. Elektroforesis
Elektroforesis adalah suatu
proses untuk menghitung berpindahnya ion atau partikel koloid bermuatan dalam
medium cair yang dipengaruhi oleh medan listrik. Yaitu, pergerakan partikel-partikel
koloid dalam medan listrik ke masing-masing elektrode. Prinsip kerja
elektroforesis digunakan untuk membersihkan asap hasil industri dengan alat
Cottrell.
5. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan
partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi,
berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koloid akan mengalami
koagulasi dengan cara:
· Mekanik
Cara mekanik dilakukan dengan pemanasan, pendinginan
atau pengadukan cepat.
· Kimia.
Dengan penambahan elektrolit (asam, basa, atau garam).
Contoh: susu, sirup masam-masam.
D. Kestabilan
Koloid
1. Koloid Pelindung
Koloid pelindung adalah koloid yang ditambahkan
kedalam sistem koloid agar menjadi stabil. Carakerja koloid pelindung adalah
dengan membentuk lapisan disekeliling partikel koloid yang dilindungi. koloid
pelindung pada emulsi disebut sebagai emuigator, tujuan penambahan zat ini
untuk menjaga agar tidak mudah terpisah.
2. Dialisis
Proses dialisis adalah pemisahan koloid dari ion-ion
pengganggu. Dalam proses ini, sistem koloid dimasukan kedalam bejana yang
berisi air mengalir. Kantong koloid terbuat dari selaput semipermiabel, yaitu
selaput yang dapat melewatkan partikel kecil seperti ion atau molekul
sederhana.
3. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Berdasarkan sifat adsorpsi dari partikel koloid
terhadap medium pendispersinya, kita mengenal dua macam koloid.
a. Koloid Liofil
Koloid liofil yaitu koloid yang ´senang cairan´.
Partikel koloid akan mengadsorpsimolekul cairan, sehingga terbentuk selubung di
sekeliling partikel koloid itu.
Contoh
koloid liofil adalah kanji, protein, dan agar-agar.
b. Koloid Liofob
Koloid liofob yaitu koloid yang ´benci cairan´.
Partikel koloid tidak mengadsorpsi molekul cairan.
Contoh
koloid liofob adalah sol sulfidadan sol logam.
Ciri-ciri
koloid liofil dan liofob
Liofil
· Dapat dibuat langsung dengan
mencampurkan fase terdispersi dengan medium terdispersinya.
· Mempunyai muatan yang kecil atau
tidak bermuatan.
· Partikel-partikel sol liofil
mengadsorpsi medium pendispersinya.
· Terdapat proses solvasi/
hidrasi, yaitu terbentuknya lapisan medium pendispersi yang teradsorpsi
disekeliling partikel sehingga menyebabkan partikel sol liofil tidak saling
bergabung.
· Viskositas sol liofil >
viskositas medium pendispersi.
· Tidak mudah menggumpal dengan
penambahan elektrolit.
· Reversibel, artinya fase terdispersi
sol liofil dapat dipisahkan dengan koagulasi, kemudian dapat diubah kembali
menjadi sol dengan penambahan medium pendispersinya.
· Memberikan efek Tyndall yang lemah.
· Dapat bermigrasi ke anode, katode,
atau tidak bermigrasi sama sekali.
Liofob
· Tidak dapat dibuat hanya dengan
mencampur fase terdispersi dan medium pendisperinya.
· Memiliki muatan positif atau
negatif.
· Partikel-partikel sol liofob
tidak mengadsorpsi medium pendispersinya.
· Muatan partikel diperoleh dari
adsorpsi partikel- partikel ion yang bermuatan listrik.
· Viskositas sol hidrofob
hampir sama dengan viskositas medium pendispersi.
· Mudah menggumpal
dengan penambahan elektrolit karena mempunyai muatan.
· Irreversibel artinya sol liofob yang
telah menggumpal tidak dapat diubah menjadi sol.
· Memberikan efek Tyndall
yang jelas.
· Akan bergerak ke anode atau katode,
tergantung jenis muatan partikel.
III. Alat dan Bahan :
Alat:
Bahan :
Pemanas
Agar-agar
Gelas Kimia
Air
Lumpang
Gula pasir
Pengaduk
Fe(OH)3
Cawan
FeCl3
Tabung
Reaksi
Minyak Tanah
Larutan Sabun
Larutan Kalsium Asetat Jenuh
Alkohol 95%
IV. Cara
Kerja
:
Cara kerja
pembuatan sol liofil dan liofob :
1. Sol agar-agar
a.
Panaskan
sesendok kecil agar-agar dengan 50 ml air. Kemudian dinginkan, dan panaskan
kembali.
b.
Panaskan
sesendok kecil agar-agar dengan 100ml air. Kemudian dinginkan dan panaskan
kembali.
c.
Panaskan
sesendok kecil agar-agar dengan 150ml air. Kemudian dinginkan dan panaskan
kembali.
2. Sol belerang
a.
Campurkan 1
sendok kecil hasil gerusan di atas dengan 50 sendok air, aduk
b.
Campurkan 1
sendok kecil hasil gerusan di atas dengan 100 sendok air,aduk
c.
Campurkan 1
sendok kecil hasil gerusan di atas dengan 150 sendok air,aduk.
Cara kerja
pembuatan sol dengan cara dispensi :
a.
Campurkan
satu takaran belerang dan satu takaran gula pasir dalam lumpang, gerus sampai
halus.
b.
Ambilsatu
takaran dari campuran tersebut, tambahkan gula dan gerus lagi sampai halus,
teruskan sampai emapat kali.
c.
Tuangkan
campuran terakhir ke dalam air dalam gelas kimia.
d.
Bandingkan
dengan campuran belerang yang tidakdi gerus dalam air
Cara kerja
pembuatan sol dengan cara kondensasi :
a.
Panaskan
50ml air dalam gelas kimia 100ml sampai mendidih.
b.
Tambahkam 25
tetes larutan FeCl3 jenuh, aduk sampai larutan berwarna cokelat merah.
Cara kerja
pembuatan emulsi dan gel :
1. Emulsi
a.
Campurkan 1
ml minyak tanah didalam tabung reaksi, kocok kuat-kuat dan simpan di rak
tabung.
b.
Tambahkan 25
tetes larutan sabun, kocok kuat-kuat dan simpan di rak tabung.
2. Gel
a.
Sediakan 15
ml larutan kalsium astat jenuh dalam gelas kikia 250ml. Tuangkan sekaligus 15
ml alkohol 95% ke dalam larutan tadi.
b.
Bakar
sedikit gel di dalam cawan.
V. Data Pengamatan :
1. Pembuatan sol liofil dan liofib
a. Sol
agar-agar
1. Panaskan sesendok kecil agar-agar dengan 50 ml
air. Kemudian dinginkan, dan panaskan kembali.
|
1.
Setelah
dipanaskan larutan agak mencair.
2.
Setelah
didinginkan larutan menjadi menggumpal.
3.
Setelah
dipanaskan kembali Larutan mencair.
|
2. Panaskan sesendok kecil agar-agar dengan
100 ml air. Kemudian dinginkan dan panaskan kembali.
|
1.
Setelah
dipanaskan lar. agak mencair dan warnanya berubah menjadi hijau tua
2.
Setelah
didinginkan lar. menjadi menggumpal sebagian.
3.
Setelah
dipanaskan kembali lar. menjadi cair.
|
3. Panaskan sesendok kecil agar-agar dengan
150 ml air. Kemudian dinginkan dan panaskan kembali.
|
1.
Setelah
dipanaskan lar.menjadi cair
2.
Setelah
didinginkan lar. menjadi menggumpal sedikit
3.
Setelah
dipanaskan kembali lar. mencair
|
b. Sol
belerang
Gerus 1
sendok kecil, belerang dengan 5 sendok kecil gula pasir sampai halus
Percobaan
|
Pengamatan
|
1.
Campurkan
1 sendok kecil hasil gerusan di atas dengan 50 sendok air, aduk
|
Telihat endapan warna kuning. Sol
berwarna kuning jelas.
|
2.
Campurkan
1 sendok kecil hasil gerusan di atas dengan 100 sendok air,aduk
|
Telihat warna kuning samar-samar,
sol warna kuning.
|
3.
Campurkan
1 sendok kecil hasil gerusan di atas dengan 150 sendok air, aduk.
|
Telihat kuning samar-samar warna
kuning, sol warna kuning
|
2. Pembuatan Sol dengan cara dispersi
Hasil Pengamatan
a.
Belerang dalam air tidak terdispersi.
|
b.
Belerang dan gula air terdispersi.
|
c. Gula
pasir sebagai medium dispersi
|
3. Pembuatan sol Dengan kondensasi
Hasil
Pengamatan:
Keadaan
larutan yang terjadi saat cahaya datang, terlihat adanya lintasan cahaya pada
larutan.
|
Berdasarkan
baha-bahan yang dibuat sitem koloid, jelaskan perbedaan antara pembuatan,
sistem koloid cara dispersi dan cara kondensasi!
|
Cara
Dispersi adalah cara mengubah partikel kasar menjadi partikel koloid. Kalau
cara Kondensasi adalah cara pembuatan sistem koloid dengan mengubah partikel
sejati emnjadi partikel koloid.
|
4. Pembuatan emulsi dan gel
a. Emulsi
Percobaan
|
Pengamatan
|
Campurkan
1 ml minyak tanah didalam tabung reaksi, kocok kuat-kuat dan simpan di rak
tabung.
|
Keadaan
campuran menjadi air dan minyak terpisah. Jadi sistem koloid dari zat cair
yang terdispersi dalam zat cair disebut emulsi.
|
Tambahkan
25 tetes larutan sabun, kocok kuat-kuat dan simpan di rak tabung.
|
Keadaan
campuran menjadi minyak dan air terpisah, dipisahkan dengan warna hitam yang
timbul ditengahnya
|
b. Gel
Percobaan
|
Pengamatan
|
1. Sediakan
15 ml larutan kalsium astat jenuh dalam gelas kimia 250ml. Tuangkan sekaligus
15 ml alkohol 95% ke dalam larutan tadi.
|
Keadaan
campuran menjadi gel, larutan gel.
|
2. Bakar
sedikit gel di dalam cawan.
|
Hasil yang
terjadi disebut gel. Hasil pembakaran membentuk kerak warna putih kekuningan
membentuk zat padat warna putih.
|
VI. Pertanyaan
1. Jelaskan tujuan penambahan medium pendipersi
yang berbeda-beda pada pembuatan sol agar-agar dan belerang.
2. Manakah dari kedua sol tersebut yang merupakan sol
liofil dan sol liofob!
3. Sebutkan perbedaan sol liofil dan sol liofob?
4. Dari sistem koloid tersebut, tentukan yang mana yang
dibuat dengan cara dispersi dan cara kondensasi?
5. Bagaimana pengaruh larutan sabun pada campuran minyak
dan air? dan Bertindak sebagai apa air sabun tersebut?
6. Mengapa kalsium asetat dengan alkohol membentuk gel?
Jawab
1. Untuk membedakan penggumpalan atau perubahan warna
pada medium pendispersi.
2. Yang termasuk sol liofil adalah Agar-agar, sedangkan
yang termasuk sol liofob adalah Belerang
3. Sol liofil adalah koloid yang fase pendispersinya suka
menarik medium pendispersinya, sedangkan sol liofib adalah koloid yang fase
terdispersinya tidak suka menarik medium pendispersinya.
4. Yang termasuk cara dispersi adalah pembentukan sol
belerang dengan penambahan gula dan air, sedangkan yang termasuk cara
kondensasi adalah sol belerang dalam air.
5. Molekul sabun terdiri dari sebuah rantai
hidrokarbonpada satu ujung dan garam pada ujung yang lain.Karena rantai
hidrokarbon memiliki sifat nonpolar maka rantai hidrokarbon akan larut dalam
minyak sementara garam akan larut dalam zat polar(air) tetapi hubungan antara
garam dan rantai hidrokarbon tetap tidak putus sehingga satu molekul sabun akan
mengikat air dan minyak yang menyebabkan air dan minyak dapat bersatu.
6. Kalsium asetat sukar larut dalam alkohol tetapi mudah
larut dalam air.
Kalsium asetat perlu dilarutkan terlebih dahulu ke dalam air sampai terbentuk larutan jenuh kalsium asetat, kemudian ditambah dengan pelarut alkohol akibatnya terjadi pergantian pelarut antara pelarut air dan alkohol, karena kalsium asetat sukar larut dalam alkohol terbentuk koloid yang berupa gel
Kalsium asetat perlu dilarutkan terlebih dahulu ke dalam air sampai terbentuk larutan jenuh kalsium asetat, kemudian ditambah dengan pelarut alkohol akibatnya terjadi pergantian pelarut antara pelarut air dan alkohol, karena kalsium asetat sukar larut dalam alkohol terbentuk koloid yang berupa gel
VII. Kesimpulan
·
Terjadinya
Efek Tyndall pada percobaan pembuatan sol dengan kondensasi
·
Pembentukan
sol belerang dibuat dengan cara dispersi dengan mekanik.
·
Koloid dapat
dibuat melalui cara kondensasi dan dispersi.
·
Emulsi
minyak dibuat dengan cara dispersi dengan penambahan Detergen/Sabun
.
·
Agar-agar
termasuk kedalam sol liofil (hidrofil), sedangkan belerang termasuk kedalam sol
liofob (hidrofob).
Lampiran
Lampiran
Pembuatan Sol Liofil dan Liofob
a. Sol
Agar-agar
b. Sol Belerang
Pembuatan
Sol dengan Cara Dispersi
Pembuatan Sol dengan Kondensasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar